1. Tipe Keluarga Pasar
Bisa anda bayangkan, apa yang anda
lihat, alami dan rasakan saat anda berada di pasar. Yang terdengar adalah suara
berisik, udara panas, ditambah suasana becek saat musim hujan. Hampir semua
pedang berteriak menyerukan bahwa barang dagangan merekalah yang bagus, yang
lain juga demikian. Kesannya terkadang terjadi persaingan yang tidak sehat.
Sesekali atau bahkan sering terjadi penipuan terhadap pelanggan, barang yang
jelek dan kualitasnya di bawah standar dikatakan bagus dan harganya-pun tinggi.
Jika menimbang terjadi lagi pengurangan. Pertanyaannya adalah bagaimana jika
hal semacam ini terjadi pada keluarga anda???
Si isteri teriak ini, suami teriak itu.
Jarang terjadi kejujuran, tidak ada transparansi. Bahkan sesekali isi rumah
bisa melayang keluar. Tidak ada ketenangan, atau mungkin anda membayang-kan hal
lain dari pasar.
2. Tipe Keluarga Terminal
Saya yakin anda pernah ke
terminal (bis atau angkot), misalkan saja terminal Aur Kuning Bukittinggi. Bisa
dilihat ketika agen atau kernet berteriak-teriak bahkan menarik-narik penumpang
kemana tujuan mereka. Ada yang menuju Payakumbuh, Solok, Padang, Pariaman,
Pasaman, dan yang pasti tidak pernah ada tujuan yang sama. Jika dilihat, jarang
ada kenyamanan dan ketenangan, yang ada hanyalah kebisingan.
Jika kondisi seperti ini
terjadi dalam sebuah keluarga, suami-istri tidak mempunyai tujuan yang sama.
Sang isteri berkata A, suami berkata B. Bisa dibayangkan apa yang akan terjadi,
barangkali inilah salah satu penyebab terjadinya ‘broken home’.
3. Tipe Keluarga Kuburan
Lain halnya jika anda berada
pada suasana kuburan, pasti yang terasa adalah kesunyian, keheningan, tanpa
suara, bahkan mengerikan dan menakutkan. Kesan angker sagat dirasakan.
Jika suasana semacam ini
terjadi pada keluarga, maka bisa dipastikan tidak ada kehangatan, tidak ada
komunikasi antara suami-istri, anak dan orang tua.
4. Tipe Keluarga Masjid
Saat anda berada di masjid
melaksanakan shalat berjamaah, ada sebuah proses yang berjalan secara rapi.
Mulai dari azan dikumandangkan hingga shalat diselenggarakan, zikir dan
do’anya. Disana ada yang bertindak sebagai imam, ada yang jadi makmum. Semua
bertugas sesuai dengan fungsinya masing-masing. Tidak ada istilah saling
mendahului. Seusai shalat, semua berjabatan tangan bersalaman dan saling
memafkan. Ada cerita, ada senyum dan tawa, ada pendidikan dan musyawarah, ada
nilai-nilai luhur dan kebijaksanaan. Begitulah keluarga tipe masjid.
(Sumber: Kuliah Bersama Jem Khairil;
Konseling Keluarga, 2005)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar